Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengharapkan pemugaran makam Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah yang juga merupakan sultan terakhir Aceh di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, harus menjadi tradisi untuk menjaga para pejuang.
Anies menyampaikan hal itu saat berziarah sekaligus meresmikan pemugaran makam Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah di Jakarta Timur, Senin.
Baca juga: DKI akan bangun taman makam pahlawan di Cilangkap
Anies disambut oleh perwakilan keluarga yang juga keturunan dari Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah. Total ada tujuh makam keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah yang dipugar oleh Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
"Semoga dengan pemugaran ini bisa menjaga tradisi, melahirkan pejuang-pejuang yang torehan peristiwanya dicatat puluhan tahun, beratus tahun ke depan," kata Anies Baswedan.
Anies menjelaskan bahwa pemugaran makam tersebut menghabiskan dana Rp2,1 miliar dengan waktu pengerjaan dimulai sejak Oktober 2021.
Dalam kesempatan itu, Anies juga diberikan Kopiah Meukeutop Aceh dan juga siwah yang merupakan senjata tradisional khas Bumi Serambi Mekah dari perwakilan keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah.
"Insyaallah ini akan saya jaga sebaik-baiknya bukan sekadar sebagai barang, tapi sebagai amanah dan kehormatan yang kita jaga bersama-sama," ujar Anies.
Perwakilan keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah, Tengku Dian Anggraeni mengaku sangat bahagia dengan pemugaran makam leluhur oleh Pemprov DKI Jakarta.
Baca juga: Peringatan Hari Pahlawan, Menteri PPPA ziarah ke makam Cut Nyak Dien
"Pemugaran ini kami sangat antusias sekali ya karena selama ini makam kakek kami, makam Sultan tidak terlihat oleh khalayak umum," ujar Tengku Dian Anggraeni.
Dian berharap pemugaran makam leluhur Aceh itu juga dapat dijadikan bahan pembelajaran sejarah bagi generasi muda. Dia juga berharap ke depan Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah dapat diangkat sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.
"Mudah-mudahan bisa jadi pembelajaran untuk anak-anak kita bahwa ada pejuang yang namanya tidak tercatat sebagai pahlawan nasional," tutur Dian.
Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah lahir pada 1871. Dia menggantikan kedudukan Sultan Muhammad Alaidin Daudsyah dan diangkat sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada 1878.
Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah semasa berkuasa sangat menentang Belanda yang saat itu telah menguasai wilayah Kutaraja. Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah bahkan merobek draf damai karena tidak mengakui kekuasaan Belanda.
Akhirnya, Belanda mengasingkan Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah pada 1907. Dia meninggal sebagai tawanan Belanda di Batavia (Jakarta) pada 6 Februari 1939 dan dimakamkan di Rawamangun.
Baca juga: Anies: Ziarah ke makam Thamrin jadi giat rutin saat Hari Pahlawan
Pewarta: Yogi RachmanEditor: Taufik Ridwan Copyright © ANTARA 2021
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pemugaran makam Sultan Aceh terakhir Muhammad Daud Syah sudah tahap pengerjaan lantai dan diharapkan selesai dalam waktu 120 hari.
“Alhamdulillah, lantai makam sudah mulai dikerjakan, seluruh proses dilakukan secara profesional,” kata Teungku Dian Anggraeni, cucu Sultan dari istri Hj Neng Effi, perempuan asal Banten.
Teungku Dian Anggraeni melihat langsung pengerjaan pemugaran makam, Minggu (10/10/2021).
Ia juga sempat menerima kunjungan sejumlah anggota masyarakat yang datang ke kompleks makam Sultan dan menjelaskan silsilah dan keturunan sultan.
“Dokumen silsilah sultan terpelihara dengan baik, itu ada pada saya," katanya.
Ia mendapat banyak dukungan dan doa dari masyarakat atas pemugaran makam sultan Aceh ini dan menyampaikan terima kasih atas dukungan itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan memerintahkan pemugaran makam Sultan Aceh terakhir Tuanku Muhammad Daud Syah di Kompleks Taman Pemakaman Umum Rawamangun Jakarta Timur.
Sultan Muhammad Daud Syah mangkat pada 6 Februari 1939 di Batavia atau Jakarta sekarang.
Pemerintah DKI mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2.1772.094.532. Menggunakan anggaran 2021 dengan waktu pelaksanaan 120 hari kalender.
Gubernur Anies Baswedan juga memesankan kepada keluarga Almarhum Sultan Aceh Muhammad Daud Syah agar membuat barcode yang memuat riwayat serta perjalanan perjuangan Sultan Aceh terakhir tersebut.
Pemugaran makam ditandai dengan peletakan semen cor perdana oleh cucu Sultan, Teungku Dian Anggraeni dan dilanjutkan Ketua Umum Taman Iskandar Muda Surya Darma.
Pemugaran dilakukan pada dua titik di areal makam yang sama.
Satu titik adalah Makam Sultan Aceh Muhammad Daud Syah yang berdampingan dengan empat kerabat sultan lainnya, yakni Teuku Muhammad Daud Bin Panglima Saleh, Tuanku Mahmud bin Tuanku Abdul Madjid (adik ipar Sultan Aceh), Teuku Chiek Alibasyah (Uleebalang), Tengku Putih Binti Tuanku Zainal Abidin bin Sultan Alaidin Ibrahim Mansursyah (adik Sultan Aceh).
BNADA ACEH - Ahli waris Kesultanan Aceh Sultanah Teungku Putroe Sulthanah Safiatuddin Cahya Nur Alam dimakamkan di kompleks Baperis, satu kompleks dengan pemakaman Sultan Iskandar Muda. Cucu Sultan Aceh terakhir ini wafat pada usia 84 tahun di rumah sakit di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pantauan detikcom, jenazah Sultanah Putroe tiba di kompleks Baperis, Banda Aceh, Aceh sekitar pukul 22.40 WIB, Rabu (6/6/2018). Sebelum dibawa ke tempat pemakaman, jenazah terlebih dulu disalatkan di Masjid Baiturrahman dan meuligoe Gubernur Aceh. Dari pendapa, jenazah dibawa keluarga dengan berjalan kaki. Lokasi pendapa dengan Baperis memang tidak jauh. Saat tiba di lokasi pemakaman, jenazah dibawa dengan dipayungi kain kuning yang terbentang panjang hingga ke liang lahat.
Proses pemakaman dihadiri Gubernur Aceh, Wakapolda Aceh Brigjen Yanto Tarah, dan Kasdam Iskandar Muda Brigjen TNI Achmad Daniel Chardin. Keluarga Sultanah Putroe terlihat menggunakan kain kuning yang dililitkan di leher. "Hari ini telah kita mengantar seorang senior kita, cucu Raja Aceh terakhir Sultan Daud Syah. Cucu perempuan yang meninggal di Mataram, ribuan kilometer dari Aceh, akhirnya sampai juga ke tanah kelahirannya," kata Gubernur dalam sambutannya.
"Hari ini saya selaku pimpinan Aceh dengan resmi melepas kepergian Tuanku Sultanah Putroe. Dan mari kita berdoa agar beliau senantiasa mendapat rahmat dan ridanya," jelasnya. Sultanah Putroe wafat pagi tadi sekitar pukul 06.45 Wita, Rabu (6/6/2018). Jenazah kemudian dipulangkan ke Aceh dan tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, sekitar pukul 21.00 WIB. Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Cahya Nur Alam adalah anak Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah. Nama terakhir ini merupakan Sultan Aceh Darussalam yang terakhir, yang memimpin perang melawan Belanda. Seperti diketahui, Sultanah Putroe Safiatuddin Cahya Nur selama ini menetap di Mataram, NTB, bersama keluarganya. Pada November 2017, dia diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara di Jakarta untuk menerima plakat dan piagam gelar Pahlawan Nasional atas nama almarhumah Laksamana Keumalahayati. Piagam itu diserahkan langsung oleh Presiden Jokowi dalam satu upacara penganugerahan gelar pahlawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 9 November 2017.
Sebagaimana diberitakan portalsatu.com sebelumnya, Cahya Nur Alam merupakan cucu Sultan Aceh Darussalam yang terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah. Rumah duka Jl.Kesra Raya No.124, Perumnas Tanjung Karang, Mataram, NTB. Namun, jenazah Sulthanah Teungku Putroe Sulthanah Safiatuddin Cahya Nur Alam binti Tuwanku Raja Ibrahim bin Sultan Muhammad Daud Syah dipulangkan ke Aceh untuk dimakamkan di samping ayahnya, Tuanku Raja Ibrahim, di Baperis.
Baperis (Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda) merupakan kompleks makam Sultan Iskandar Muda, yang di sana ada makam Sultan Besar Sultan Mansur Syah. Berada di samping Museum Aceh, dan di sisi Meuligoe Gubernur Aceh.
Sebagaimana diketahui, Yang Mulia (YM) Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam binti Tuwanku Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah. Sultan Muhammad Daodsyah merupakan sultan Aceh Darussalam yang terakhir, yang memimpin perang melawan Belanda.
Setelah puluhan tahun, beliau ditangkap dan ditawan dibuang ke Rawamangun, Jakarta. Makam Sultan Muhammad Daodsyah berada di Rawamangun, Jakarta Timur.[]Sumber:detik
Editor: THAYEB LOH ANGEN
Ketua Yayasan Sultan Alaiddin Mansyursyah, Tuanku Warul Waliddin. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penantian panjang pemugaran makam Sultan terakhir Aceh, yakni Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah yang berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, akhirnya direalisasikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Senin (13/12/2021) kemarin, orang nomor satu di Kota Jakarta itu berziarah ke Makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah. Salah satu ihwal kedatangannya ialah untuk meresmikan pemugaran makam Sultan Aceh tersebut dan juga keluarganya.
Total ada tujuh makam keluarga Sultan Aceh yang dipugar oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan menggelontorkan anggaran sebanyak Rp2,1 miliar.
Ketua Yayasan Sultan Alaiddin Mansyursyah, Tuanku Warul Waliddin mengaku terharu dan bahagia dengan pemugaran makam dari sanak familinya.
"Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Swt karena momentum ini adalah momentum yang sangat langka. Dari 17 Gubernur DKI Jakarta, baru Pak Anies yang berhasil mewujudkan pemugaran makam Sultan Aceh," ujar Tuanku Warul Waliddin kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Selasa (14/12/2021).
Ia juga berterima kasih banyak kepada Gubernur Anies Baswedan. Karena, sejak awal pihaknya telah mendamba-dambakan pemugaran makam Sultan Aceh tersebut.
"Dulu kami sangat ingin makam ini dipugar oleh Pemerintah Aceh, namun Pemerintah Aceh belum ada upaya ke arah situ dan Alhamdulillah Pemerintah DKI Jakarta hari ini di bawah kepemimpinan Pak Anies bisa mewujudkannya. Kami dari nama keluarga sangat bersyukur," tutup Warul Waliddin yang juga seorang cicit Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah.